Rumah Tumbuh
Karya: Farah Hidayati
Ngomongin soal teenlit biasanya selalu saja ada hubungannya tentang cinta, cinta, dan cinta. Nggak heran deh kalo banyak orang ngerasa bosen dengan tema yang satu itu. Cinta memang masalah yang paling yahud dibahas dalam novel. Tapi kalo temanya gitu-gitu aja, tentang cinta-cintaan di sekolah aja, adegannya gitu-gitu aja, gimana kita nggak bisa bilang "Bosen!"
Nah, nggak ada salahnya ngintipin novel yang satu ini. Rumah Tumbuh. Mungkin ngelihat cover-nya kamu mikir kalo novel ini bakal ngebosenin, ngeliat sinopsisnya juga mungkin nggak terlalu tertarik. Tapi lihat dulu label "pemenang 1 sayembara Mengarang Novel remaja 2005" yang dicetak. Nggak penasaran pengen tau gimana isinya? Baca judulnya, Rumah Tumbuh. Penasaran dong, apa sih rumah tumbuh itu? Makanya baca, nanti pasti nemuin istilah itu.
Ceritanya tentang seorang siswi SMA bernama Alysa yang punya banyak bakat dan ambisi. Alysa memang cukup populer, selain cantik ,pintar, ia juga adalah ketua redaksi MAC, redaksi mading di sekolahnya. Tapi ia juga punya masalah, ia sering merasa nggak dianggap dirumahnya karena kedua ortunya sibuk mengurusi cucu-cucu mereka. Karena itulah, Alysa sering keluar rumah, mencari inspirasi untuk artikel-artikel di mading. Di tengah kesibukannya ia juga harus mencari anggota baru redaksi karena sebentar lagi mading sekolahnya akan mengikuti lomba mading tahunan. Saat itulah ia berkenalan dengan Ghifa, murid pindahan dari pedalaman yang rupanya cerdas dan menarik perhatian Alysa. Ghifa sendiri pindah sekolah karena ia memiliki masalah di kampungnya.
Masalah demi masalah pun muncul dalam hidup Alysa. Banyak hal yang tak ia duga terjadi. Bahkan ia sempat syok saat ayahnya yang ia banggakan dituduh korupsi, dan lagi ketika mading sekolahnya tidak menjadi juara pertama. Kita yang membaca-pun jadi ikut penasaran dan kaget dibawanya.
Farah si penulis bener-bener pinter menggambarkan suasana dan peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Kita bakalan enjoy menikmati halaman demi halaman, selalu ada yang menarik. Kita juga bakalan nemuin banyak wawasan, terutama soal lingkungan dan sosial yang sering diperdebatkan Alysa dan Ghifa. Latarnya saja jarang, kota Banjarmasin. Selain itu, ada 2 sudut pandang yang dipakai. Sudut pandang orang pertama buat Alysa dan orang ketiga buat Ghifa, nggak bosen deh bacanya.
Jadi kesimpulannya, ngutip dari kalimat di sinopsis, "Nikmati rasa baru novel remaja lewat cerita ini!"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment